Anak Suka Mengurutkan Mainan Apakah Tanda Autisme? Eitss, Cek Dulu Yuk Perilaku Lain yang Anak Tunjukkan

Parents mungkin sering melihat Si Kecil sedang asyik bermain menyusun dan mengurutkan mainan, serta membariskan atau membuat pola lainnya. Namun, hal tersebut perlu diperhatikan lebih dalam. Apakah Si Kecil hanya sekadar ingin mengelompokkan mainannya, atau justru perilaku tersebut merupakan tanda dari kondisi autisme?

Ilustrasi anak membariskan mainan. Foto by Canva

Mengurutkan mainan bukanlah ciri-ciri mutlak anak dengan kondisi autis, lho, Parents. Pada dasarnya, anak suka mengurutkan mainan adalah hal yang normal. Mengurutkan mainan merupakan bagian dari tahapan eksplorasi kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk, urutan, warna, dan jarak. Selain itu, dengan mengurutkan mainan dapat memberikan sensasi calming karena adanya repetisi atau pola pengulangan yang dapat diprediksi sehingga dapat memberikan rasa kontrol terhadap sekitarnya. 

Namun, bisa saja menjadi masalah ketika anak hanya bermain mengurutkan mainannya saja secara berulang tanpa mengetahui konsep bagaimana cara menggunakan mainan tersebut seperti pada umumnya. Contohnya, saat anak bermain mobil-mobilan, anak tidak pernah menunjukkan role play memainkan mobil-mobilan tersebut dengan mendorongnya berjalan ke suatu tempat, melainkan hanya terobsesi mengurutkannya saja atau memutar-mutar bagian rodanya saja. Maka dari itu, Parents perlu cek perilaku lain yang ditunjukkan oleh si kecil di rumah.

American Psychiatric Association dalam bukunya yang berjudul DSM-V mengemukakan, terdapat 3 ciri utama Autisme, sebagai berikut:

  1. Kesulitan dalam Komunikasi Sosial
Ilustrasi anak dengan gangguan bicara. Foto: kayrossconsulting.com

Anak dengan autisme sering mengalami kesulitan berkomunikasi karena mereka mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa. Menurut Norlita, dkk (2021) bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting. Jika perkembangan bahasa terganggu, kemampuan berkomunikasi juga terganggu. Beberapa anak dengan autisme mungkin kesulitan memahami ekspresi wajah, nada suara, atau bahasa tubuh orang lain. Mereka juga kesulitan dalam memulai atau mempertahankan percakapan.

2. Kesulitan dalam Interaksi Sosial

Ilustrasi gambar anak tidak kontak mata dengan lawan bicara. Foto: RRI.co.i

Penderita autisme seringkali menunjukkan minat yang terbatas dalam membentuk hubungan sosial. Mereka mungkin tidak tertarik bermain bersama teman sebaya, atau tidak merespons dengan cara yang diharapkan saat berinteraksi dengan orang lain seperti, tidak ada kontak mata, kurang ekspresif, tidak memberi feedback pada lawan bicara, tidak menoleh ketika nama dipanggil. Bahkan, beberapa mungkin lebih memilih untuk menyendiri atau tidak tertarik pada kegiatan kelompok.

3. Pola Perilaku, Minat, atau Aktivitas yang Terbatas dan Berulang

Ilustrasi anak menutup kuping karena mendengar suara terlalu keras. Foto: istockphoto.com

Anak atau individu dengan autisme sering menunjukkan perilaku yang berulang atau biasa disebut stimming, seperti bertepuk tangan, (hand flapping) mengayunkan tangan, berputar-putar, menjentikkan jari, mengulang perkataan orang lain (echolalia) atau melakukan gerakan tubuh tertentu berulang kali.

Anak dengan autisme cenderung merasa lebih nyaman dengan rutinitas yang konsisten dan terstruktur. Mereka tidak fleksibel terhadap perubahan mendadak dalam rutinitas atau lingkungan. Hal tersebut bisa membuat mereka merasa cemas, bingung, bahkan marah. Mereka juga bisa memiliki sensitivitas sensori yang sangat tinggi atau sangat rendah seperti, menutup kuping ketika mendengar suara terlalu keras, ketidakpedulian terhadap rasa sakit. 

Nah, jadi menyusun mainan bukan satu-satunya patokan untuk mendiagnosa apakah anak kita memiliki kondisi autisme atau tidak ya, Parents. 

Jika dari pengamatan Parents terdapat perilaku seperti ciri-ciri di atas, Parents dapat segera berkonsultasi dengan tim profesional Tumbuh Kembang Anak seperti Psikolog, Dokter, atau Terapis supaya dapat ditindaklanjuti untuk memberikan proses tumbuh kembang yang lebih optimal.

by. Fatimah Zahra

Source
Norlita, dkk. 2021. “Kemampuan Perhatian Anak Autisme Pada Permainan Puzzle Di SLB Melati Rumbai Pekan Baru”. Jurnal Kesehatan As-Shifa, hlm. 20-21.

American Psychiatric Association. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes DSM-5. 5th ed. Washington, DC London, England, 2013.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Latest Comments